Game anti-mainstream memang masih tergolong jarang mendapatkan perhatian lebih dari para penikmat game ataupun media pemberita game. Wajar saja, namanya juga produk anti-mainstream, produk baru yang berbeda dari hal apa yang sedang ngetren di kalangan publik saat ini, terkadang bisa memberikan kesan positif atau justru sebaliknya. Padahal tidak sebaiknya semua produk game seperti ini kita pandang sebelah mata. Malahan beberapa judul game yang sempat ngetren adalah game yang sangat aneh, sebut saja Flappy Bird sebagai contohnya.

Sama halnya dengan produk game dari [adult swim] games yang satu ini, Monsters Ate My Metropolis . Game semacam ini tentunya bukanlah jenis game pertama yang pernah diciptakan oleh [adult swim] games, sebelumnya juga ada konsep game serupa yang berjudul Monsters Ate My Condo . Terlepas dari serial game monster pemakan bangunan ini, kamu juga bisa temukan beberapa judul game nyentrik lainnya dari pengembang ini seperti Robot Unicorn Attack , Tofu Hunter , dan masih banyak lagi.



Jika kamu pernah atau mungkin suka memainkan game pendahulunya, saya harap kamu jangan kecewa dulu. Monsters Ate My Metropolis memiliki jenis gameplay yang cukup jauh berbeda dari My Condo. Di sini kamu akan memainkan sebuah card game , tapi ngga perlu khawatir, card game di game ini tidak akan se-rumit game kartu lainnya seperti Hearthstone kok. Inti misinya tetap satu, yakni menghancurkan kota (Metropolis) secepat mungkin kamu bisa sebelum kamu yang dihancurkan oleh si kota. Loh kok bisa gitu?

Mari kita simpan terlebih dahulu pertanyaan di atas dan lanjutkan ulasan game ini selengkapnya. Di awal permainan kamu akan diberikan pilihan satu dari empat monster yang sama sekali tidak terlihat menyeramkan justru… sangat menggemaskan! Ada monster alien hijau bermata satu yang murah senyum, monster kepiting raksasa dengan kapal laut sebagai topinya, monster robot unicorn yang super nyentrik, dan monster puppy kuning imut yang mengendalikan sebuah robot raksasa. Buat kamu yang pernah memainkan My Condo pasti sudah tidak asing lagi dengan keempat pilihan monster tersebut.



Bukan sekedar pilihan, para monster di Monsters Ate My Metropolis juga memiliki karakteristik tersendiri yang akan membedakan performanya satu sama lain dalam menghancurkan kota. Dengan kata lain, ada unsur RPG yang cukup kuat di dalam game kartu ini. Para monster memiliki stats yang berbeda seperti Strength (HP dalam game RPG), Damage dan Chance untuk Megazone dan Critical, Battle Events, Win Tokens, dan Color Boost. Di awal-awal permainan mungkin memang tidak terlalu berasa, tapi lama-kelamaan setelah monster-mu berkembang dan berlevel tinggi maka kamu akan rasakan tantangan card game ini yang sesungguhnya.

Para monster juga berhubungan kuat dengan kartu yang kamu miliki. Kamu akan memiliki 2 dek kartu, satu dek untuk monster dan satu dek untuk kota dengan isi masing-masing 12 kartu. Tiap kartu memiliki atributnya tersendiri: Merah, Biru, Kuning, atau Hijau. Dan atribut ini memiliki sistem suit di mana kartu Merah akan lebih kuat dari kartu Hijau, Hijau > Kuning, Kuning > Biru, Biru > Merah. Nah, masing-masing monster dapat memberikan Color Boost pada kartu untuk meningkatkan efeknya, seperti monster robot unicorn yang saya pilih dapat meningkatkan kekuatan kartu beratribut Biru.

Penuhi bar-nya dan....


Hancurkaaaaaan!​

Kedengarannya memang cukup rumit, padahal gameplay-nya sangat sederhana dan saya yakin siapapun dapat memahaminya dalam sekali bermain. Pertama-tama kamu akan diberikan kesempatan untuk mengeluarkan satu kartu yang ingin digunakan (dengan maks. 3 kartu di tangan), lalu kota musuh juga akan mengeluarkan kartunya. Kemudian akan ada sedikit aksi layaknya sebuah game rhythm seperti tap di saat yang tepat atau tap bertubi-tubi hingga memenuhi bar agar angka kekuatannya lebih optimal. Lalu pada giliran berikutnya si kota musuh yang akan mengeluarkan kartu duluan, barulah giliranmu untuk meng-counter kekuatan kartunya jika bisa. Begitu saja seterusnya hingga salahsatu HP ada yang habis duluan maka dia yang kalah.



Saya akui Monster Ate My Metropolis juga memiliki intensitas game yang sangat dinamis. Maksudnya adalah saat di level-level awal game terasa sangat mudah sehingga terasa seperti game casual saja. Namun jika kamu sudah mencapai monster dan kota level tinggi, rasanya game ini bisa dikatakan seperti game mid-core. Pasalnya, kamu harus pandai mengatur strategi jenis kartu apa saja yang pantas dan cocok untuk digunakan untuk menyerang kota musuh (di dek kartu monster) dan untuk bertahan dari serangan monster lain (di dek kartu kota).

Ya, saya kira jawaban di awal artikel tadi sudah terjawab. Kamu akan selalu bermain PvP (player vs. player) walaupun bukan dalam keadaan real-time. Kurang lebih seperti game strategi Clash of Clans, kotamu akan diserang oleh monster pemain lain dan kotamu akan mengeluarkan kartu secara otomatis alias dikendalikan oleh AI (artificial intelligence). Jadi, kita harus pintar-pintar memilih 12 kartu apa saja yang sekiranya mampu mempertahankan kota kita sendiri agar tidak mudah dikalahkan monster pemain lainnya.



Satu hal yang paling saya rasakan dan berkesan dari Monster Ate My Metropolis adalah bahwa game mobile ini sangat menghibur! Parah, kocak banget! Mungkin sulit untuk dijelaskan melalui kata-kata, tapi saya jamin gaya gambar, animasi, efek suara, dan musik di dalam game gratis ini sedikitnya pasti akan membuatmu tersenyum-senyum sendiri menahan rasa malu untuk tertawa di tempat umum. Dan kesimpulannya, game anti-mainstream ini jelas sekali memberikan kesan yang positif, selama kamu menyukai monster-monster yang tingkahnya nyentrik seperti ini.

Baca juga:

• Review Baby Saga: Game RPG Terbaru dari Perfect Game yang Wajib Kamu Coba
  
• Review Hopeless: Space Shooting - Bantu Blob Bertahan di Planet Super Gelap
  
• Review World of Warriors: Quest - Game Taktik Unik yang Memerlukan Kecepatan Tinggi
  
• Review Space Drill: Ngebor Terus Gan Sampe Jebol!

Download Monsters Ate My Metropolis, Android

Download Monsters Ate My Metropolis, iOS​